Melali ke Pasar Loak Kereneng

Di sela-sela mengantar anakku Devi, sekolah nol besar di TK Pertiwi Kereneng, aku kadang menyempatkan diri melali (main) ke pasar loak Kereneng. Ini untuk 'membunuh' waktu dari jam 7.30 sampai 10 pagi, waktu pulang sekolah anakku.

Awalnya, pasar loak yang terletak persis di selatan terminal keberangkatan bemo kuning jurusan Kereneng-Batubulan ini, hanya aku lewati saja. Pikirku, apa istimewanya pasar loak ini.

Awal Minggu kemarin, aku putuskan untuk melali ke pasar loak ini. Siapa tau ada barang yang bagus, apalagi kalau ketemu yang langka-langka atau antik.

Aku mulai menyusuri pasar loak ini dari sisi utara. Awalnya yang tampak hanya pedagang DVD dan mp3 bajakan. Ada DVD Barbie 10 in 1, 10 film DVD Barbie berbagai judul dalam satu keping DVD. Ada DVD Bruce Lee 5 in 1, 5 film legendaris Kungfu Bruce Lee dalam 1 Keping DVD dan aneka bajakan lainnya. Aku beli satu keping DVD Bruce Lee 5 in 1 bajakan. Maklum, aku penggemarnya.

Sempet aku tanya salah satu penjualnya, ada DVD BF (Blue Film) mas?. Mungkin karena lihat tampangku yang kayak anggota buser polsek Semawang, pedagang DVD bajakan ini langsung bilang nggak ada!!

Setelah melihat beberapa pedagang DVD bajakan, aku kemudian melihat pedagang rokok dan aneka jenis tembakau. Di tempat ini, pedagang menjual aneka jenis rokok yang jarang kita liat. Sepintas rokok-rokok yang dijual memiliki bungkus yang sama dengan rokok-rokok merk terkenal seperti Sampoerna dan Dji Sam Soe 234.

Tapi setelah diamati lebih dekat, baru ketahuan kalau rokok-rokok yang dijual merupakan 'rokok kutukan'. Ada Dji Sam Soe 'kutukan', bungkusnya sangat mirip Dji Sam Soe 234, tapi angkanya 224, 254, dan aneka angka lainnya yang bikin aku senyum-senyum. Selain Dji Sam Soe 'Kutukan', juga ada Sampoerna 'Kutukan', Gudang Garam 'Kutukan' dan beberapa rokok 'kutukan' lainnya yang sangat mirip dengan merk aslinya. Sungguh kreatif (atau miskin ide?) produsen rokok ini, ciptakan rokok mirip merk terkenal dengan kemasan mirip aslinya.

Setelah melihat 'stand' penjual rokok dan aneka jenis tembakau, aku lanjut melihat-lihat aneka pedagang lain mulai pedagang baju bekas, sepatu bekas, HP bekas, dan aneka barang bekas lainnya, yang tidak jelas asal-usulnya.

Bosan melihat pedagang barang bekas, aku kemudian melihat aksi cuap-cuap pedagang obat, yang menawarkan aneka jenis obat alternatif. Aku tertawa saat dia menjelaskan tentang penis ular phyton dan khasiatnya.

Ada juga tukang gigi yang buka praktek di atas jalan aspal. Aku agak ngeri saat lihat tukang gigi ini, yang tentu saja tidak berlatar belakang dokter gigi, melakukan praktek membersihkan karang gigi seorang pengunjung dengan alat seadanya dan tidak terjamin kebersihannya. Ada siraman asap knalpot bemo kuning lagi!!

Terakhir aku berbelanja sebuah pisau dapur dari stainles steel yang punya fungsi untuk mengupas kulit buah secara cepat dan bisa untuk potong wortel dengan cepat. Harganya murah cuman Rp 10.000. Aku beli karena pedagangnya yang asal Madura punya kemampuan cuap-cuap menawarkan dagangannya, dengan sangat menarik.

Selain itu aku juga membeli sebuah korek api model kuno, yang menggunakan bahan bakar minyak tanah atau bensin. Harganya murah cuman Rp. 5000.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 09.50. Waktunya untuk menjemput anakku Devi...

Pertarungan 3 Calon Pilgub Bali Dimulai

Hari ini, Jumat (14/03/2008), Winasa dan Alit Putra resmi dideklarasikan sebagai calon Gubernur dari Koalisi Kebangkitan Bali, di Candidasa, Karangasem.

Dengan dideklarasikannya paket cagub ini, praktis dimulai sudah pertarungan perebutan kursi Bali 1.

Sebelumnya, Pastika dan Cok Budi Suryawan sama-sama sudah bergerilya, termasuk merangkul para bebotoh, dengan caranya sendiri. Mereka pikir itu akan bisa menarik simpati. Padahal, berapa sih jumlah bebotoh yang suka tajen di Bali?

Bagaimana dengan Winasa? Usai pendeklarasian, Winasa langsung bilang tak mau umbar janji. Tapi saya rasa ini hanya bahasa politis juga untuk menarik simpati massa, terutama yang sudah muak dengan janji-janji gombal politisi saat kampanye.

Pertarungan para calon gubernur Bali ini dipastikan akan berlangsung menarik. Semuanya sama-sama punya plus - minus, sama-sama punya senjata rahasia untuk memenangkan pilkada.

Tapi yang paling penting, siapa pun gubernurnya nanti, harus melihat kepentingan yang lebih besar, yakni untuk kemajuan orang Bali, agar tidak menjadi penonton di tanah sendiri.

Sedikit Cerita Tentang Minggik

Made Sutama, alias Minggik, belakangan ini ramai diberitakan di berbagai surat kabar di Bali.

Dari berita yang dimuat, pembaca bisa langsung mencap Minggik itu penjahat kelas kakap.

Padahal hal itu tidak sepenuhnya benar. Sebagai manusia biasa, dan juga seorang ayah, Minggik sangat menyayangi keluarganya, terutama kedua anaknya Agus dan Edy.

Kedua anak kesayangan Minggik tersebut, disekolahkan di Kota Gudeg Jogkarta.

Agus Suwitra, sudah mulai disekolahkan di Jogjakarta sejak di kelas satu SMA. Agus mengenyam pendidikan di Jogjakarta hingga bangku perguruan tinggi, kalau tidak salah hingga S2 di Atmajaya.

Adiknya, Edy Liong, juga disekolahkan bapaknya, Pakde Minggik, di Jogjakarta. Namun perguruan tinggi Edy dilanjutkan di Bali, di kampus Warmadewa.

Dari sedikit cerita di atas, Minggik masih mempunyai sisi positif, yakni masih mau peduli pada pendidikan anaknya, meski orang sudah menstigma dia sebagai pentolan preman di Denpasar.

Melihat Osama di Museum Kartun Bali


Museum Kartun pertama di Asia Tenggara kini hadir di Kuta. Jadi bagi anda yang suka kartun dan sedang ada di Bali, tidak ada salahnya berkunjung ke museum ini.

Museum kartun pertama di Indonesia dan juga di Asia Tenggara ini terletak di Jalan Sunset Road, Kuta, bali. Menempati lahan seluas 1600 meter persegi, museum ini memajang sekitar 200 karya kartun dari puluhan kartunis Indonesia.

Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp. 20 ribu, di museum ini para pengunjung dapat melihat aneka jenis kartun karya beberapa kartunis seperti Pramono R Pramoedjo, GM Sudarta, Dwi Koendoro, Jango Paramartha, hingga beberapa kartunis muda bertalenta tinggi lainnya.

Kartun yang dipajang amat bervariasi. Tema yang dipilih pun beragam, mulai yang bertema ringan hingga bertema serius seperti pemberantasan korupsi, illegal loging, hingga kartun bom bali satu.

“Kartunnya bagus-bagus dan bervariasi. Meski lucu-lucu, apa yang ingin disampaikan kartunis sudah mengena,” kata Arum, salah seorang pengunjung museum kartun.

Selain menampilkan aneka peristiwa sejarah Indonesia dalam bentuk kartun, di museum ini para pengunjung juga dapat melihat aneka kartun para tokoh di Indonesia mulai presiden pertama Indonesia Soekarno, mantan presiden Soeharto, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga tokoh perjuangan hak buruh, Marsinah.

Selain para tokoh dalam negeri, di museum ini juga dapat dilihat kartun para tokoh dunia mulai Osama Bin Laden, Aung San Su Kyi, presiden Amerika Serikat yang doyan perang George Bush, pemimpin Libya Mohamar Khadafi, hingga mantan presiden Irak Saddam Husein.

“Secara umum, kartun yang dipajang di museum ini menceritakan perjalanan sejarah kartun di Indonesia dan peran kartunis serta karyanya dalam sejarah bangsa Indonesia dan juga dunia. Selain itu, karya yang ditampilkan juga menampilkan kehidupan kreatif para kartunis,” jelas Dewan Kartun Museum Kartun Indonesia, Pramono Pramoedjo.

“Tujuan yang ingin kita capai dari pendirian museum ini adalah agar kartunis dan karyanya bisa sejajar dengan pelukis dan karya lukisnya. Karya kartun tidak kalah pentingnya dengan karya lukis,” tambah Pramono.

Tuak dan Kesehatan

Konon Menteri Kesehatan FL Tobing yang juga pernah Menteri Penerangan berkata, minum tuak itu bisa menyehatkan tubuh. Pada saat yang sama Gubernur Sumut EWP Tambunan membatasi peredaran tuak. Alhasil?

Setelah 30 tahun, kini tuak tetap dikonsumsi secara luas. Inilah sebuah tulisan tentang tuak yang dikutip Batak News dari majalah Tempo edisi 8 Desember 1979.

Tuak adalah minuman penting di kawasan Tapanuli, Sumatera Utara. Diminum waktu santai, pesta kelahiran anak, perkawinan, kematian, musyawarah, dan juga sebagai obat.

Tiada hari tanpa tuak, begitu kata orang Batak di kampung halamannya di Tapanuli. Dan pemandangan di warung-warung tuak pun tetap bertahan: beberapa orang setengah mabuk memetik gitar, menyanyi, dan sebagian lagi larut berlisoi-lisoi atau menari tor-tor.

Bahkan di samping sarana bersantai, kedudukan tuak begitu penting: berhimpit dengan adat istiadat. “Selama adat Batak masih tegak,” kata Lumbantobing, pemilik warung tuak di Jembatan Senggol, Sibolga Julu, “selama itulah peranan tuak terus terjamin.”

Coba saja. Tak ada sebuah pesta adat pun, pesta kelahiran, perkawinan sampai kematian, dilewatkan tanpa berbotol-botol tuak. Musyawarah akan macet jalannya tanpa tuak. Sebelum musyawarah dibuka, ketua rapat akan nyeletuk lebih dulu, “Mana tuak takkasan, mana tuak yang membuat lancar omongan?”

Tuak adalah kehormatan. Mengunjungi mertua bagi menantu terhormat adalah mempersembahkan sebotol tuak. Hadiah bagi bayi yang baru lahir pun selalu disertai ucapan, “Ini nak, sekadar pembeli tuak na tonggi, tuak manis.”

Konon tuak pula yang membuat tubuh orang Batak di kampung halamannya rata-rata sehat dan berumur panjang. Ompung Bokor (85), misalnya, sampai hari ini tetap sehat walafiat, napasnya masih panjang, dan giginya pun terhitung utuh. Hingga kini hari-hari Ompung Bokor jadi menggelisahkan tanpa sebotol tuak.

Obat mujarab resep kuno adalah juga tuak. Air sadapan getah enau itu diyakini menjadi penangkal segala macam penyakit. Jantung akan tetap teratur berdenyut, penyakit malaria, apalagi cuma sekadar masuk angin, akan menjauh dari tubuh si pecandu. Air susu yang tumpat pun akan lancar bila si ibu secara teratur minum tuak sehabis bersalin.

Itu semua cerita Lumbantobing, Sarumpaet, atau pemilik warung tuak lain yang tersebar merata di setiap pojok Tanah Batak. Itu bukan kampanye minum tuak. Sebab menurut Marali Sarumpaet, pemilik warung tuak di Poriaha, Tapanuli Tengah, pahlawan nasional Ferdinand Lumbantobing — bekas Menteri Penerangan RI yang biasa disebut FL Tobing — pernah bilang: minum tuak secara teratur sesungguhnya mendatangkan kesehatan. Asal jangan ditenggak dalam kondisi perut yang kosong atau sampai tenggen alias mabuk. FL Tobing adalah dokter yang pernah juga menjabat Kepala Rumahsakit Umum di Sibolga.

Tapi belakangan ini tuak Batak mendapat ancaman. Tak kurang dari Gubernur Sumatera Utara sendiri, EWP Tambunan, melancarkan anti-jual dan minum tuak sembarangan. Sebab angka-angka pelanggaran, kejahatan, dan keributan bersumber dari warung tuak, dari para pemabuk.

Di Kotamadya Sibolga lebih terlihat usaha penertiban. Polisi bersama petugas Dinas Kesehatan turun ke lapangan mengadakan pembersihan ke berbagai warung yang tak berizin menjual tuak. Berhasil disita lebih 6 ribu botol dari sekitar 40 warung. Pemilik warung akan diseret ke pengadilan dengan tuduhan melanggar peraturan daerah tentang izin menjual minuman keras.

Gebrakan pemerintah daerah disambut hangat kalangan yang tidak menyukai kegiatan tuak dan mabuk-mabuk secara sembarangan. “Kami sih tidak antipati dengan minuman keras, kalau hal itu lazim dinikmati saudara yang beragama Kristen,” ujar Hajjah Hasni Marbun, pimpinan salah sebuah organisasi wanita Islam di sana. Tapi yang benar saja, katanya warung-warung tuak kadang berdiri di tempat-tempat yang tak layak. Misalnya, di muka mushalla atau sekolah. Dan lagi, ceritanya, sang hajjah ini pernah dikejar-kejar seorang pemabuk di tengah kota. Untuk menyelamatkan diri, dia terpaksa lari dan bersembunyi dalam sebuah [justru] warung tuak.

Namun begitu, pemilik warung tuak tetap optimis. Laki-laki Batak juga masih rajin memanjat pohon enau yang di sana disebut bagot. Di atas pohon, si penyadap bergendang memukul-mukul pelepah mayang enau sambil mendendangkan pantun lama. Walaupun di bawah, tuaknya diancam razia atau “ditembak” pemabuk yang sering menunggak utang.

About Genjek

Genjek merupakan salah satu seni Kabupaten Karangasem.

Hal yang unik dalam genjek adalah bahwa ada kebiasan meminum "tuak" sebelum mereka memainkan genjek; tujuannya agar nyanyian mereka lebih atraktif.

Genjek pada awalnya hanya merupakan kegiatan untuk menghabiskan waktu senggang para penduduk desa dengan menyanyi bersama.

Biasanya nyanyian genjek bertemakan kehidupan social dan intercourse. Genjek dapat dipadukan dengan tarian yang disebut "joged" secara spontan.

Tuak Bali

Tuak telah dikenal di Indonesia sejak zaman dahulu kala. Tuak mengandung alkohol (etil alkohol), sehiungga kalau diminum terlalu banyak dapat menyebabkan mabuk. Salah satu podusen tuak di kabupaten Karangasem adalah di desa Tenganan. Tuak dari desa tenganan dibuat dari nira enau yang dibiarkan secara alami.

Pada saat penampungan dipohon enaunya, wadah tempat menampung nira diisi dengan lau yaitu suatu bahan yang dibuat dari sabut kelapa kering dan kulit kayu kutat. Dengan pemberian lau ini warna tuak menjadi kemerahan. Lau juga berperanan sebagai zat pengawet terutama dapat mencegah terjadinya proses fermentasi pada tuak, sehingga tuak tidak cepat menjadi masam.

BAHAN :
Nira enau atau nira kelapa

CARA PEMBUATAN :
Nira enau yang dihasilkan dari penyadapan tangkai bunga enau, tidak banyak mengalami proses sampai menjadi minuman tuak. nira yang ada pada wadah penampung yang sudah diisi dengan lau, dikumpulkan dengan cara menuangkannya kedalam wadah tertentu misalnya ember plastik atau jerigen. Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang ada pada nira. Nira yang bersih ini selanjutnya dibotolkan dan didiamkan sekitar 5-6 jam, selanjutnya baru siap dikonsumsi sebagai minuman tuak.

Copyright © 2008 - Tuak Bali - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template